Mau jadi penulis buku solo dalam 30 hari? Ikuti kelas Biliknulis Batch #8, Yuk! Asal terkoneksi internet, di mana saja kamu berada, kamu pasti bisa selesaikan naskah!

DAFTARKAN DIRIMU KAMU SEKARANG. PENDAFTARAN DITUTUP TANGGAL 24 SEPTEMBER 2020 DAN KELAS DIMULAI PADA 25 SEPTEMBER 2020.

-        Untuk kamu yang sudah punya naskah, namun berhenti di tengah jalan

-        Untuk kamu yang nulis buku tapi enggak selesai-selesai sampai sekarang

-        Untuk kamu yang sudah punya banyak buku antologi tetapi belum punya buku sendiri

-        Untuk kamu yang butuh mentor nulis

-        Untuk kamu yang ingin cepat punya buku solo

-        Untuk kamu yang enggak punya banyak waktu ikut kelas offline

Sekarang saatnya ikut kelas buku solo (fiksi/nonfiksi) secara intensif selama 30 hari batch #8 dari @biliknulis. Dimentori langsung oleh penulis 32 buku @arumfaiza. Kamu akan mendapatkan keuntungan :

·       Materi menggali ide dan cara mengeksekusinya menjadi premis

·       Materi membuat outline dan feedback langsung untuk persiapan penulisan naskah

·       Materi cara membuat sinopsis keren agar dilirik penerbit

·       Materi cara editing naskah

·       Mendapatkan satu kali materi dari editor penerbit mayor

·       Ada feedback naskah dari mentor secara langsung selama 30 hari

·       Konsultasi kepenulisan seumur hidup

·       Mendapatkan E-Sertifikat

·       Ada challenge menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis

·       Ada apresiasi berupa hadiah menarik dari biliknulis

Segera daftarkan diri kamu ke : biliknulis.com/kelasbukusolo

Untuk informasi lebih lanjut hubungi CP admin +33784718806 (WA only)

Kuota kelas terbatas! Pendaftaran akan ditutup jika sudah mencapai batas kuota peserta. Jadi, segera amankan kursi kamu, ya !


BREAK INTO THOUSANDS EVEN MILLIONS OF HEADS
By: Arum Faizatul Umami
(IG: arumfaiz, FB: arum faiza, email: arumfaizatul@gmail.com)

Indonesia is united by the slogan Bhinneka Tunggal Ika, unity in diversity. A nation that has the biggest number of islands in the world, 17.504 islands. There are 6 religions that are officially accepted in Indonesia: Islam, Christianity, Catholic, Hinduism, Buddhism, and Konghucu. Indonesia is popular with its kind people as well as its people’s high tolerance within diversity. Despite living in the 4th largest country in the world, every follower of a particular religion is able to peacefully coexist. The government allows every follower to have days off so that they can commemorate their holidays. The Hindus have the day of Nyepi (day of silence), Kong Hu Cu have Chinese new year, Christians and Catholics have Christmas and Easter. Buddhists have the day of Vesak, and Muslims have the day Eid al Fitr and Eid al Adha. Statistically, the biggest Muslim population is found in Indonesia.                     
Germany has the same phenomena. Even though the number of Muslims in Germany is no more than 5% of the whole population, the German society successfully embraces diversity and lives peacefully side by side. Germany is a secular state where the talk about religion should be neutral; it favors neither the people of religion nor the people with no religion. A secular state also claims  that the constitution should treat the countrymen equally, as long as they do not violate the law or flouting others’ right.      
Furthermore, some universities in Germany have put the study of Islamic theology into their curriculum. The minister of religious affairs, Annette Schavan, has established 4 centers for Islamic theology study in MĂĽnster/OsnabrĂĽck, TĂĽbingen, Frankfurt/Giessen, and NĂĽrnberg/Erlangen. These centers have been operating since 2010 and 2011. This provides us with the evidence that the concept of secularism does exist.
In Berlin, there is Al Falah mosque which is  the only one mosque that was founded and developed by Indonesian Muslims in the capital of Germany. It is also the only mosque that is solely managed by Indonesian Muslims in Germany, both the building and the Islamic activities. 
However, undeniably, the acts of terrorism committed by ISIS have been contributing to the growth of Islamophobia in Germany. Some of my friends in Germany reported that since the bombing of the football match between France and Germany in France, their mosque has always been poured with water.
I personally have experienced the life as a minority when I was studying in France. I know how hard it was to find halal food, how difficult it was to perform the obligatory prayers, how tiring it was to find a place to make my obligatory prayers, how much I missed the sound of azan (call of prayer) because the masjid was soundproofed, and how complicated it was to just get the permission to join Eid al Adha prayer. Things got worse when ISIS exploded a bomb in Paris on November 13, 2015. A number of mosques were closed and protest against Muslims was made all over the country. The military action became much stricter. Armed soldiers were everywhere and ready to do an inspection to anyone suspicious.     
What drew people’s attention the most was the issue of hijab (headscarf). In France and in Germany, the existence of hijab has gained a series of never-ending controversies. Some of my Muslim women friends had to undergo discrimination because of their hijab. Hijab was deemed as a religious symbol that should be banned in France. My professor suggested me to take off my hijab just because I could not find any companies that would accept me to do my internship. I was about to give up to find myself being rejected by 80 companies. My experience in pursuing my degree as a Muslim minority in France had been written into a book entitled “Untukmu Wahai Pejuang Ilmu”, specially dedicated to all knowledge seekers, published by Quanta, Elexmedia in July 2017. This book of mine has been imbuing inspiration upon a lot of students/ learners to conquer their fear of studying abroad, particularly in Europe, regardless of the interfaith tribulation.         
I personally assume that Islamophobia will always be found in France, Germany, and any other European countries. Islamophobia is a state of mind that causes someone to be overwrought with Islam or Muslims. Hence I have been actively popularizing the notion that Islam needs to be embraced, not feared of. This action is proven by the issuance of my novel under the title “Azimah: Derita Gadis Aleppo” which was published by Tiga Serangkai in November 2017. This novel was inspired by my close friend, Ihab Mohamed, who was verbally bullied as a terrorist by his friends in school, just because he was a Syrian. This 416-page book is aimed to change the perception of the normative society that Islam is not a religion of terrorism, rather a religion of peace. So far, I have been writing 20 books, and 80% of them is promoting the Islamic motivation.     
I look forward to seeing myself being one of the participants chosen to take part in this program. I would be pleased to have the opportunity to explore the preserved world’s cultural heritage in Berlin, such as Humboldt Forum, Islamic Arts Museum, and Orient Department in Berlin library. I would passionate to broaden my horizon about Islam by directly discussing with some experts in Islamic history. It would also be so profound to meet many new friends to discuss with, or to be my co-writer in promoting Islam as a religion of peace. 

My ultimate goal, as the program draws to an end, is that to revive the global empathy for all Muslims and humanity. I hope of writing a nonfiction book about Muslims in Germany and one novel that can illuminate people’s mind about the Islamic civilization, like Hanum Rais’ novel “99 Cahaya di Langit Eropa” which was inspired by her trips visiting European countries and collecting the debris of Islamic civilization in the past. I would be pleased to share my experience with the wider community directly or through my writings. As narrated by Sayyid Quthb, “A bullet can only break into one head, but a work of writing is far superior in that it can break into thousands even millions of heads.” 






Apakah kamu berpikir bahwa dengan menjadi penulis produktif dan bukumu terpampang di Gramedia adalah salah satu kunci menjadi kaya? Jika iya, selamat! Kamu salah besar.
Banyak yang salah sangka dari penulis, bahkan keluarga dan teman-teman saya, yang selalu mengatakan,
“Wih, sudah kaya ya sekarang, bukunya sudah banyak di Gramedia.”
“Sudah berapa M dari hasil penjualan buku?”
“Sudah bisa beli apa saja nih dari hasil nulis buku?”
“Bukunya gratis dong, kan laba dari penjualan buku banyak banget!”
Mungkin kamu akan sedikit mengerenyitkan dahi, dengan fakta yang saya ungkap hari ini. Catat baik-baik, seorang penulis hanya akan mendapatkan 6-10 persen royalti dari usahanya menulis buku. Untuk penulis pemula tentu akan jadi gulung tikar jika mengharapkan menulis buku sebagai penghasilan utama.
Berikut adalah rincian royalti dari 3 buku saya yang ada Diva Press.


Buku Bila Cinta Bermula & Berakhir Pada Allah terjual sebanyak 411 eksemplar, 274 eksemplar untuk Taaruf Mati Langkah, dan Allah Maha Baik sebanyak 300 eksemplar. Untuk Allah Maha Baik, perhitungannya agak berbeda dengan yang lain, karena saya telah menerima uang DP di awal sebesar satu juta. Jadi, royalti yang saya terima untuk Allah Maha Baik sebesar 1.825.500 rupiah.

Royalti akan dikirimkan selama 6 bulan sekali. Jika saya ambil contoh, royalti terbesar yaitu Rp.1.923.500 lalu saya bagikan dengan 6 bulan, maka total pendapatan saya per bulan untuk buku tersebut adalah 320.500 rupiah.

Jika saya hitung berdasarkan rata-rata 3 buku saya per bulan, yaitu Rp.5.138.000 : 3 buku : 6 bulan yaitu 285.472,222 rupiah per bulan atau jika dibulatkan menjadi 285.500 per bulan.
Dengan menggunakan pendekatan 285.500 per buku per bulan, maka semakin banyak buku yang ditulis, semakin besar uang yang didapat.


NO
JULAH BUKU
PENDAPATAN (RUPIAH)
1
1 buku
285500
2
2 buku
571000
3
3 buku
856500
4
4 buku
1142000
5
5 buku
1427500
6
6 buku
1713000
7
7 buku
1998500
8
8 buku
2284000
9
9 buku
2569500
10
10 buku
2855000

Untuk 10 buku yang ditulis solo, kamu akan mendapatkan 2.855.000 rupiah. Pertanyaannya, berapa jumlah buku solo yang kamu terbitkan di penerbit mayor?

Jika masih ragu, boleh tanyakan teman kamu yang juga penulis. Berapa royalti yang ia dapatkan? Angka jutaan itu sudah lumayan banyak. Angka puluhan juta mulai jarang. Angka ratusan juta, tinggal hitungan jari. Hitungan royalti menjadi besar jika buku terjual di atas 30.000 eksemplar sebagai ukuran best seller.

Jadi, sampai sini, apakah masih berpikir seorang penulis itu kaya ketika bukunya terpajang di rak Gramedia? Oke, setidaknya analisis sederhana saya, bisa membuka pintu hati dan pikiran kamu untuk tidak meminta buku gratis kepada temanmu yang seorang penulis. Setidaknya dengan begitu, kamu tidak membuat mereka langsung menutup lapaknya menjadi penulis. Hargai dengan membeli karyanya ya.

Lalu, balik lagi, apakah penulis bisa kaya dengan menjadi penulis?

Jawabannya BISA. Berikut 3 cara yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang menjadikan menulis sebagai ladang mencari rezeki. Baca terus sampai habis, jika ingin tahu bagaimana caranya berpenghasilan banyak dari hobi menulis.
Mari kita kupas setajam gergaji mesin. Saya akan menggunakan matematika sederhana, bukan kalkulus yang bikin pusing kepala.

1.     MENJADI MENTOR MENULIS


Saya akan mengambil contoh dari mentor menulis saya yaitu Brili Agung. Brili Agung adalah mentor menulis yang punya banyak program, dari MMO (Mentoring Menulis Online), BBC (Bikin Buku Club), KECE (Kelas Cerpen), KETIK (Kelas Artikel), 30DWC (Day Writing Challenge), dsb. Program BBC adalah yang paling mahal, yaitu 3.500.000 per orang. Bayangkan saja, jika ada 10 orang saja yang bergabung. Penghasilan kotornya mencapai 35.000.000 rupiah. Angka yang cukup untuk menunaikan umrah setiap bulan, bukan?

Saya pernah tergabung dalam program MMO Batch 15 di Januari 2017. Pada tahun tersebut, harga yang harus saya bayar untuk bimbingan menulis adalah 1.200.000 rupiah. Pada saat itu, ada 25 orang yang mengikuti kelas MMO Batch 15. Pada bulan Januari 2017, Brili Agung bisa mendapatkan uang sebanyak 30.000.000 rupiah. Tuh kan? Mas Brili bisa umrah dengan istrinya setiap bulan loh. Yakin? Kalian tidak mau menjadi mentor menulis? Syarat jadi mentor sangat sederhana, kalian hanya harus punya karya sebagai portofolio, karena banyak yang menjadi mentor dadakan setelah sang penulis berhasil menerbitkan karya loh.


2.    MENJADI HANTU (ghost writer, ghost translaterghost copywriter)


Saya tidak akan memberikan penjabaran panjang kali lebar kali tinggi hingga jadi volume tentang ghostwriter, ghost translaterghost copywriter, karena dari namanya sudah jelas. bahwa writer ya berarti penulis. Translater berarti orang yang suka menerjemahkan, kalau copywriter, dia adalah penulis yang suka ngopi-ngopi cantik. Eh, salah. Ngawur itu. Maksudnya, copywriter ini seorang penulis teks dengan tujuan mempromosikan atau bahkan memasarkan sebuah produk serta jasa.

Pertanyaan saya, Ada yang tahu apa persamaan ghostwriter, ghosttranslaterghost copywriter? Sambil menutup mata juga bisa menjawab, kan? Ya, sama-sama ada ghost. Sama-sama ada hantunya. Nah, karena ada ghost, maka bayaran yang diterima menjadi besar. Kita ambil contoh, ghost writer. Ghost writer ulung umumnya menerima bayaran fantastis untuk proyek penulisan buku biografi. Biasanya mencapai puluhan, bahkan ratusan juta. Hal itu kerap dirasakan oleh penulis-penulis luar negeri yang menerima megaproyek tak main-main. Mereka berani membayar mahal karena memang seimbang dengan hasil yang mereka harapkan. Bagi ghost writer, bayaran tinggi itu sesuai dengan beban kerja mereka. Bukankah menulis sejatinya adalah pekerjaan intelektual? 

Nah, jika kamu tidak cocok menjadi ghost writer. Kamu juga boleh coba menjadi hantu yang lain yaitu memberikan jasa terjemah, yang biasanya harganya tergantung dari jumlah halaman atau jumlah katanya. Pun, memilih jadi copywriter seperti poin nomor 3 di bawah ini.


3.   MENJADI PENULIS DI BLOG BISNIS VATIH.COM/BISNIS


Nah, ada cara ampuh lagi untuk menjadi kaya dari menulis yang patut kamu coba, yaitu menjadi penulis di blog bisnis vatih.com/bisnis. Tidak sembarang orang bisa menjadi penulis di platform tersebut, karena seleksinya ketat. Jika diterima, kamu bisa menabung untuk biaya nikah karena untuk setiap artikel yang terbit, akan diberikan komisi 500.000 rupiah. Kamu hanya harus menulis minimal 2 artikel per minggu. Jika selama sebulan kamu bisa menulis 8 artikel, 4 juta rupiah bisa kamu kantongi. Kamu bisa baca penawaran ini lebih lanjut klik link ini : https://vatih.com/bisnis/penulis/ Pahami syarat dan ketentuannya dan segera daftarkan dirimu! Karena rezeki itu di tangan Tuhan, tapi kalau tidak diikhtiarkan, bukannya akan tetap di tangan Tuhan? Udah! Buruan deh!
Halo… kenalan dikit ya, nama saya Arum Faiza, sekarang sedang kuliah S2 di Paris 13 University sambil nerusin hobi nulis dan ngevlog seputar kehidupan di Prancis. Sudah berapa buku yang terbit? Alhamdulillah dengan kuasa-Nya, saya sudah punya  20 buku yang banyak diantaranya sudah ada di Gramedia seluruh Indonesia. Kapan nulis? Awal banget nulis itu Januari 2017 dan buku pertama saya adalah novel Azimah: Derita Gadis Aleppo, novel 408 halaman yang saya selesaikan 31 hari dan Alhamdulillah masuk 10 besar nominasi novel Islami terbaik di tahun 2019. 

Oke, langsung aja ya, jadi saya yakin semua yang ada di grup ini pengin jadi penulis, kan? Dan mungkin sebagian besar malah sudah jadi penulis? Oke. Disimpan dulu jawabannya. Kita ubah untuk menjadi gelas kosong dulu ya. Saya akan coba membuat alur, bagaimana menjadi penulis dari awal banget.
Pernahkah kalian sudah nulis terus bingung, ini kelanjutannya gimana ya? Atau kalian sudah banyak nih ide, tapi ketika nulis, tiba-tiba hilang entah kemana? 

Nah, untuk menanggulangi itu, kalian harus belajar step by step-nya, kalau mau jadi buku kalian harus punya setidaknya 100 halaman A4 untuk bisa nantinya dikirim ke penerbit untuk diterbitkan. Apakah susah? Sangat mudah asal tahu caranya. Jadi begini:
1. Tulis premis biar tahu gambaran umum
2. Buat outline agar tulisan tak tersesat
3. Mulai nulis

Premis itu apa? Premis adalah kesimpulan isi naskah yang ditulis. Nggak usah bingung dulu, intinya, kalau teman-teman diberi pertanyaan.Buku yang sedang ditulis tentang apa? Nah, teman-teman nggak harus jawab dari A sampai Z. Cukup jawab pakai premis. Karena premis adalah kesimpulan naskah dalam satu kalimat. Ingat ya, 1 kalimat. Ibarat zigot yang akan menjadi manusia, premis adalah awal mula kehidupan naskah.

Contoh Premis buku saya, “Untukmu wahai Pejuang Ilmu” yaitu Tutorial bagi pencari ilmu untuk mencapai mimpi kuliah jauh dengan beasiswa agar lebih banyak pencari ilmu sukses yang kembali ke Indonesia
Contoh premis buku “Azimah: Derita Gadis Aleppo” Azimah, Kisah memilukan gadis kecil tak berdosa yang mencoba bertahan hidup dari ulah tangan usil anak dajjal namun sulit baginya karena keluarganya telah musnah.

Langkah kedua, membuat outline, apalagi itu ya? Hmmm… singkatnya kerangka tulisan atau bisa juga semacam daftar isi. Semakin lengkap dan detail, maka akan lebih mudah ngerjakannya. 

Terus, mulai nulis. Jangan lupa, nulisnya jangan keluar dari premis yang kamu buat dan taati juga outline-nya. Oke, itu saja sih, terus nanti ada tahap lain seperti editing, tapi editing juga nggak akan dilakukan ketika naskah kamu belum ada. Jadi? Yuk, latihan nulis dulu. Kalian kuajakin ngeluarin ide dan nulis cepat. Siap?