Double degree yang aku jalani sekarang
menuntutku kuliah 3 tahun di Indonesia (semester 1-6) dan kuliah 1 tahun di
Prancis (semester 7 dan 8). Ada beberapa perbedaan antara kuliah di Indonesia
dan di Prancis.
Di Prancis profesornya
sudah seperti teman (tua maupun muda). Nggak
ada sungkan. Di indonesia dosen adalah seseorang yang mungkin sebagian ditakuti
dan sangatlah dihormati. Posisinya diatas kita jauh. Namun di sini, yah sama seperti teman kita, ada dosen
namanya Richard. Beliau mengajar bahasa inggris namun selama kuliah tidak
diperbolehkan memanggil Monsieur, Mister, Prof, dll, cukup panggil namanya saja
“Richard” ketika ingin bertanya ataupun berpendapat. Tidak jarang pula,
professornya mengajar sambil duduk di bangku. Pemandangan yang tidak ditemui
selama aku belajar di Indonesia. Menggunakan tangan kiri ketika menyerahkan
tugas, baik professor maupun mahasiswa disini sudah biasa. Tidak ada kasta
antara professor dan mahasiswa.
Yang paling aku suka, cara
mengajarnya totalitas. Ada praktik P3K, dan disini luka dibuat mirip seperti
contoh jari buntung, darah, luka bakar, luku tusuk, luka sayat, dll. Di
Indonesia mungkin kalaupun luka yah bagaimana penanganan aja. Mungkin kalau ada
luka yang sebenarnya dia akan kabur karena takut darah. Hahaha… semua professor
adalah mereka yang ahli di bidangnya, maksudnya apa? Ya karena aku di jalur
Licence professionnel jadinya dosen-dosennya adalah mereka yang sudah bekerja
dan berpengalaman. Misalnya : materi penanganan kebakaran, dosennya adalah
petugas pemadam kebakaran, materi quality safey environment, dosennya adalah
orang HSE dari perusahaan. Materi audit perusahaan, dosennya adalah orang yang
sudah bekerja lama dalam masalah audit perusahaan, dll.
Di prancis bila akan
Tugas akhir atau mengerjakan project, dosen sebagai partner kerja dan ketika
presentasi tugas akhir mereka mencari solusi untuk memperbaiki tugas itu agar
lebih baik. bukan orang yang cari kesalahan dari projet atau TA itu. Tidak ada
grogi atau deg-degan ketika presentasi, semua yang dikerjakan kita benar-benar
dihargai. Tidak ada pekerjaan yang dianggap remeh. Judul tugas akhir yang
menentukan adalah dosen, jadi susah atau gampangnya TA tergantung dosen. Tapi
lumayan, kita nggak perlu mikir sidang proposal dan bingung memikirkan judul TA kita.
Di Prancis, semua kegiatan
di kampus tidak ada yang dibawa pulang. Ada tapi bisa dikatakan jarang. Di
indonesia kuliahnya full, tugasnya juga full.
Bobot kuliah di prancis lebih
ringan. Aku yang kurang mengerti banyak bahasa prancis masih bisa mengikuti
kuliah. Tapi aku nggak yakin kalau mahasiswa di tempatku pindah ke PPNS. Pasti bakal travailler très très
dûr (bekerja sangat keras) karena bobot kuliah yang mantap.
Masalah temannya gimana?
tentunya lebih ramah di Indonesia daripada sini. Disini cenderung cuek. Entah
ada teman sakit, teman terlambat, dll. Mereka cenderung tidak mau ikut campur.
Kalau disini, kita harus benar-benar aktif bertanya kepada teman kita kalau
memang nggak ngerti. Kalau di Indonesia pasti ada beberapa anak yang mengajak
belajar bareng, membahas PR bareng, ada teman nggak bisa kitanya yang
menawarkan bantuan, disini hampir tidak ditemui.
Bagaimana dengan
waktunya? Kuliahku disini rata-rata berangkat jam 8.30 (masih subuh) pulang jam
17.00 (magrib). Maklum lah, Berngkat subuh pulang maghrib ketika musim dingin,
ketika musim dingin maka malam lebih lama daripada siang. Jadi wajar, berangkat
tidak ada matahari pulang ketika matahinya terbenam. Jam kuliah antara 08.00 samai
paling petang adalah 17.45 dan kebalikannya, siang akan lama dan malam akan
pendek ketika musim panas. Lihat gambar
Gambar 2 merupakan kalender pembelajaran
2015-2016 di ULCO, warna hijau adalah hari masuk kuliah, warna biru adalah hari
ketika kita mengerjakan sebuah proyek, tergantung dosen nantinya akan diberi
tugas apa, dan setiap mahasiswa akan berbeda judul proyeknya. Selalu ada projet
technique (tugas besar/tugas proyek) setiap tahun dan juga magang, magang
tergantung dengan level pendidikan kita, biasanya minimal 3 bulan, dan disini
kalau magang minimal 2 bulan maka akan dapat gaji dari perusahaan.
Praktek di kampus indonesia
lebih banyak. Peralatan, mesin, alat praktek lebih bnyak di Indonesia, disini
mungkin gara-gara penduduk Prancis yang sedikit sehingga mahasiswanya nggak
sebanyak di Indonesia jadi mesinnya Cuma 1 unit, misalnya mesin daur ulang 1
unit, mesin bubut 1 unit, mesin las 1 unit, dll. Di kelasku Cuma ada 10
mahasiswa di kelas, sedangkan di Indonesia satu kelas bisa mencapai 30 mahasiwa
(120 mahasiswa 1 program studi) atau lebih.
Pelajar di kotaku nggak bisa bahasa inggris. Baca aja masih susah. Di indonesia
bahasa inggris sudah bisa mahir debat, di kampus Prancis, ada mata kuliah bahasa
inggris dan materinya membuat kalimat, grammaire, perkenalan diri, dll. Semuanya
bisa dikategorikan materi dasar.
Jadwal mata kuliahnya nggak menentu
kalau diprancis. Kadang muncul setiap minggu, kadang setiap hari ketemu, kadang
sebulan lagi baru ketemu. Di indonesia jadwal senin sampai jumat pasti seperti
itu.
Beberapa
kampus di sini ada diskriminasi buat shalat dan berjilbab menerut teman-teman
di kampus lain di prancis. Tidak diperbolehkan shalat di kampus, ada pelarangan
beribadah di tempat belajar. Yah karena islam adalah minoritas jadi tidak ada
musola di kampus itu wajar. Untungnya, responsable ku disini sangat baik, boleh
shalat tapi cari kelas kosong. Alhamdulillah
Bagaimanapun aku lebih suka
kuliah di Indonesia daripada di Prancis, mungkin karena jauh dari teman-teman,
khususnya K3 angkatan 2012. Vous me manquez (aku kangen kalian)
0 komentar:
Posting Komentar