MENULIS BUKU DAN TERBIT DI PENERBIT MAYOR

by 01.30 0 komentar
 
 
 
MENULIS BUKU DAN TERBIT DI PENERBIT MAYOR

Alhamdulillah ... hanya sedikit berbagi kisah. Saya terjun ke dunia penulis karena cita-cita kuliah S2 yang tertunda. Rasa kecewa untuk bisa kuliah di tahun 2017 ini yang membuat saya banting setir untuk mengobati luka. Beasiswa yang saya terima ternyata untuk periode kuliah 2018. Mencoba melupakan hal itu, saya putuskan untuk menulis sebagai obat kecewa. Materi yang ditulis pun fiksi dengan ambil latar Aleppo dan Prancis. Naskah selesai selama sebulan. Ini adalah naskah pertama saya. Ditolak Republika gara-gara alur, ditolak Asma Nadia gara-gara serangan kata -Nya dan penempatan di yang salah. Disambung apa dipisah. Akhirnya di edit dan hari ini dikabari di Tiga Serangkai bahwa naskah lolos seleksi.
 
Setelah nulis, saya nggak diam. Meskipun penulis pemula tapi saya punya cita-cita jadi penulis produktif. Alhamdulillah setiap bulan saya punya naskah yang selesai. Dan alhamdulillah lagi berkat restu orang tua dan hobi yang selalu diasah, semua naskah solo saya lolos penerbit mayor.
- Fiksi kumpulan humor driver ojek di Tiga Serangkai (Sekarang, saya di kontak penerbit untuk menulis humor tentang penumpang ojek. Alhamdulillah lagi)
- Fiksi Azimah Gadis Aleppo di Tiga Serangkai
- Non fiksi "Untukmu, Pejuang Ilmu" Quanta (tinggal tunggu jadwal terbit dan harga)
- Non fiksi bahas masalah cinta dan jodoh di Diva Press
- Insya Allah saya yakin naskah yang bahas hijab bakal lolos genta hidayah (khusus ini antologi 3 orang, awalnya solo tapi saya kesulitan untuk bisa selesai sesuai deadline, masih dalam masa tunggu)
- saya sudah nulis antologi bahas pacaran dan jangan pernah takut berprestasi
Total Januari-Juni adalah 4 buku solo, 3 buku antologi. Bulan Juli ini ada 2 naskah yang harus dikerjakan.

Kalau ditanya? 

Apa kamu sudah nikah?  Belum. Kok berani bahas cinta dan jodoh?

Apa kamu nggak pernah pacaran? Pernah. Kok berani bahas masalah pacaran?

Apa kamu pernah ke Aleppo? Belum. Kok bahas Aleppo?

Apakah kamu pejuang ilmu banget? Mungkin iya mungkin tidak. Kok berani ngangkat ilmu?

Apakah kamu sudah sangat syari sampai pakai cadar? Nggak juga. Kok berani ngangkat masalah hijab?

Apakah kamu seorang pelawak? Nggak. Kok bisa nulis humor?

Kok bisa lolos penerbit mayor?
Begini, bukannya semua penulis profesional dulunya adalah amatiran yang nggak olpernah putus nulis? Dari review ditolak saya belajar dan edit lagi. Daripada nunggu naskah dgantung penerbit saya lebih suka nulis lagi.

Kok bisa produktif? apa nggak sibuk? Saya selalu kasih waktu khusus buat nulis (habis magrib/isya sampek ngantuk). saya yang atur waktu bukan waktu yang atur saya.

Kok bisa lolos fiksi, kan sulit?
Kalau bisa dicoba dan dipelajari kenapa harus bilang sulit.

Kan bukan ilmunya? Kok berani nulis?
Semua bisa dipelajari kok. Kalau ingin bahas nikah ya baca buku yang banyak mengenai nikah. Tinggal diolah dengan bahasa kita sendiri.

Apa pernah ditolak? Wah... jangan tanya.😂😂

Kenapa nggak indie? Waduh... Ingin banget tapi saya nggak ada uang buat nalangi cetak sekian ratus lembar dengan harga 10 juta.


Jadi, siapapun itu bisa nulis dan bisa terbit asalkan sabar. Khususnya sabar ditolak. Bukan tulisan kita yang jelek. Tapi penerbit punya selera. Buktinya dengan naskah yang sama ternyata jodohnya di penerbit yang kesekian.

arum faiza

Developer

Lumajang - Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar