CARAKU MENJADI PENULIS PRODUKTIF
(FB: Arum Faiza, IG: arumfaiz email: arumfaizatul@gmail.com)
Menjadi
penulis tak pernah terbayangkan dari rencana hidupku. Aku hanya ingin sesegera
mungkin bisa kuliah S2 dan jenjang lebih tinggi lagi nantinya, tapi
qadaraullah, Allah menunjukkan kuasa-Nya untuk tidak mengabulkan keinginanku. Allah
tunda kuliahku. Lalu, pertanyaan muncul, apa yang harus aku lakukan selama
menunggu kuliah delay 2 tahun? Bekerja
saja? Ah, aku terlalu berada di zona nyaman. MENULIS! Mungkin galau kuliah bisa
teratasi!
1. Jadilah pecandu menulis
Ini
yang masih saya terus godok dalam
hidup. Menjadi pecandu menulis. Sepertinya seru, layaknya pecandu game yang selalu punya waktu untuk
bermain. Apa sih kunci kalau kita sudah kecanduan menulis? Gampang kok, kalau nggak menulis sehari saja, kamu akan merasa
punya utang. Di sini, kamu harus jadikan habit dulu. Kebiasaan menulis.
2. Targetkan dan patuhi
Ketika
pertama kali menulis, Azimah: Derita Gadis Aleppo, pada Januari 2017, saya
targetkan naskah selesai sebulan. Jadi kok, sebulan bisa rampung, 416 halaman
setelah dicetak oleh Tiga Serangkai. Awal menulis, saya sudah punya target bahwa
harus ada 5 buku masuk Gramedia. Sudah saya tulis besar dan rapi di sebuah
karton. Alhamdulillah, Allah berikan kemudahan, target tersebut terlampaui. Saya punya target dan saya pun patuhi
proses mencapai target. Targetku kalau dulu 4 halaman sehari saat ini 10
halaman per hari. Kalau kurang, berarti punya utang! Targetku yang lain, setiap
bulan harus terbit buku. Alhamdulillah, Allah mudahkan semua.Target ini sengaja
aku buat setidaknya sebelum aku kuliah S2 lagi.
3. Jadi pengamat dadakan
Saya
suka mengamati peluang. Ada banyak sekali event
menulis loh, dari yang berbayar hingga gratis. Saya buang jauh-jauh pikiran, “Nggak
usah ikut, percuma akan gagal, saingannya banyak.” Tapi jadi begini, “Ikut aja,
menang Alhamdulillah, nggak kan punya simpanan bahan untuk menulis,” dan Alhamdulillah
4 buku lolos dan sudah ACC untuk bisa masuk toko buku seluruh Indonesia. Jadi
kalau ada event menulis, kamu tahu kan
apa yang harus dilakukan?
4. Gabunglah, maka beruntung!
Masuklah
ke komunitas menulis. Biasanya akan ada proyek antologi (membuat satu buku
dengan banyak penulis). Ini yang paling
gampang. Kita hanya diharuskan setor beberapa halaman saja dan bisa punya
karya. Udah, tidak usah kebanyakan mikir
deh, ikuti proyeknya! Kalau antologi, Alhamdulillah saya sudah terbiasa menulis
sehari jadi.
5. Q-time
Apakah
kamu punya Q-time? Kalau belum disegerakan. Saya punya waktu khusus menulis.
Sehabis magrib sampai ngantuk. Hanya untuk Q-time biasanya antara jam
20.00-23.00. Luangkan waktu untuk menulis. Khusus.
Tak harus banyak, sedikit tapi rutin lebih baik daripada banyak namun tidak
teratur.
6. Cemburulah!
Aku
suka cemburu kepada penulis keren sekelas Asma Nadia, Tere Liye, Kang Abik.
Lalu, aku juga suka cemburu kepada penulis produktif muda yang bukunya sudah
banyak seperti Ahmad Rifai Rifan. Cemburuku bukan marah, tapi aku
buktikan dengan karya, bahwa aku juga bisa. Kamu juga pasti bisa kok! Yuk,
menulis!
7. Jangan minder
Kebanyakan
teman-teman yang belajar bersamaku minder dengan karya perdananya. Belum
ditulis, udah bilang karyanya jelek. Udah ada tulisannya, nggak pede mau kirim
penerbit. Udah ada karya nyata, takut dibilang orang karyanya tak bermutu. Kalau
seperti itu terus, kapan mau dicetak dan dibaca banyak orang? Saya sih PeDe aja, nggak urus omongan orang
yang menjatuhkan. Punya naskah baru ya cari penerbit baru. Cus…. Langung
kirim! Ganti tema baru.
8. Penulis mikir royalti
Saya
agak risih ketika ada yang japri, “Mbak, penerbit ini royaltinya kok dikit ya.” “Mbak sudah kaya ya dengan menulis?” “Mbak,
pasti uangnya banyak, kan punya banyak buku.” Saya kasih tahu ya, kalau penulis
itu royalti di penerbit mayor 7-10%. Saya risih bukan karena pertanyaannya,
tapi niatnya menulis yang diukur dengan uang. Kalau kamu sudah berspekulatif seperti itu, saya jamin kamu akan gulung
tikar jadi penulis. Asyiknya jadi penulis itu, ketika tulisan kita dibaca
dan kemudian mengatakan, “Mbak, terima kasih ya, bukunya sangat bermanfaat.”
9. Jangan ada waktu terbuang
Ada
wasting time bernama waiting. Ini nih yang saya lakukan, memanfaatkan
waktu sekecil apapun untuk menulis. Menulis tidak melulu butuh laptop. Kalau sedang
dalam posisi menunggu rapat, nyantai seru, pesan makanan, saya biasa menulis di
hp dan saya kirimkan ke email pribadi. Ketika buka laptop, saya bisa simpan.
Tulisannya apa? Bebas. Kadang puisi, prosa singkat, kerangka buku baru, sub bab
dari buku saya, artikel untuk instansi lain, berita, dan lain-lain.
10. Jangan hanya dibaca
Harapannya,
tulisan sederhana ini, tidak hanya dibaca saja. Kalau hanya dijadikan tip ya
selamanya tak akan pernah muncul karyamu. Pahami dan praktikkan. Jadilah
penulis yang istikamah dan komitmen menulis. Penulis pemula bukan alibi untuk
susah menelurkan karya kok.
Lumajang, 10 Maret 2018
0 komentar:
Posting Komentar