10 TIPS MENJADI PENULIS PRODUKTIF

by 21.05 0 komentar

CARAKU MENJADI PENULIS PRODUKTIF 
(FB: Arum Faiza, IG: arumfaiz email: arumfaizatul@gmail.com)

Menjadi penulis tak pernah terbayangkan dari rencana hidupku. Aku hanya ingin sesegera mungkin bisa kuliah S2 dan jenjang lebih tinggi lagi nantinya, tapi qadaraullah, Allah menunjukkan kuasa-Nya untuk tidak mengabulkan keinginanku. Allah tunda kuliahku. Lalu, pertanyaan muncul, apa yang harus aku lakukan selama menunggu kuliah delay 2 tahun? Bekerja saja? Ah, aku terlalu berada di zona nyaman. MENULIS! Mungkin galau kuliah bisa teratasi!
1.      Jadilah pecandu menulis
Ini yang masih saya terus godok dalam hidup. Menjadi pecandu menulis. Sepertinya seru, layaknya pecandu game yang selalu punya waktu untuk bermain. Apa sih kunci kalau kita sudah kecanduan menulis? Gampang kok, kalau nggak menulis sehari saja, kamu akan merasa punya utang. Di sini, kamu harus jadikan habit dulu. Kebiasaan menulis.
2.      Targetkan dan patuhi
Ketika pertama kali menulis, Azimah: Derita Gadis Aleppo, pada Januari 2017, saya targetkan naskah selesai sebulan. Jadi kok, sebulan bisa rampung, 416 halaman setelah dicetak oleh Tiga Serangkai. Awal menulis, saya sudah punya target bahwa harus ada 5 buku masuk Gramedia. Sudah saya tulis besar dan rapi di sebuah karton. Alhamdulillah, Allah berikan kemudahan, target tersebut terlampaui. Saya punya target dan saya pun patuhi proses mencapai target. Targetku kalau dulu 4 halaman sehari saat ini 10 halaman per hari. Kalau kurang, berarti punya utang! Targetku yang lain, setiap bulan harus terbit buku. Alhamdulillah, Allah mudahkan semua.Target ini sengaja aku buat setidaknya sebelum aku kuliah S2 lagi.
3.      Jadi pengamat dadakan
Saya suka mengamati peluang. Ada banyak sekali event menulis loh, dari yang berbayar hingga gratis. Saya buang jauh-jauh pikiran, “Nggak usah ikut, percuma akan gagal, saingannya banyak.” Tapi jadi begini, “Ikut aja, menang Alhamdulillah, nggak kan punya simpanan bahan untuk menulis,” dan Alhamdulillah 4 buku lolos dan sudah ACC untuk bisa masuk toko buku seluruh Indonesia. Jadi kalau ada event menulis, kamu tahu kan apa yang harus dilakukan?
4.      Gabunglah, maka beruntung!
Masuklah ke komunitas menulis. Biasanya akan ada proyek antologi (membuat satu buku dengan banyak penulis). Ini yang paling gampang. Kita hanya diharuskan setor beberapa halaman saja dan bisa punya karya. Udah, tidak  usah kebanyakan mikir deh, ikuti proyeknya! Kalau antologi, Alhamdulillah saya sudah terbiasa menulis sehari jadi.
5.      Q-time
Apakah kamu punya Q-time? Kalau belum disegerakan. Saya punya waktu khusus menulis. Sehabis magrib sampai ngantuk. Hanya untuk Q-time biasanya antara jam 20.00-23.00. Luangkan waktu untuk menulis. Khusus. Tak harus banyak, sedikit tapi rutin lebih baik daripada banyak namun tidak teratur.
6.      Cemburulah!
Aku suka cemburu kepada penulis keren sekelas Asma Nadia, Tere Liye, Kang Abik. Lalu, aku juga suka cemburu kepada penulis produktif muda yang bukunya sudah banyak seperti Ahmad Rifai Rifan. Cemburuku bukan marah, tapi aku buktikan dengan karya, bahwa aku juga bisa. Kamu juga pasti bisa kok! Yuk, menulis!
7.      Jangan minder
Kebanyakan teman-teman yang belajar bersamaku minder dengan karya perdananya. Belum ditulis, udah bilang karyanya jelek. Udah ada tulisannya, nggak pede mau kirim penerbit. Udah ada karya nyata, takut dibilang orang karyanya tak bermutu. Kalau seperti itu terus, kapan mau dicetak dan dibaca banyak orang? Saya sih PeDe aja, nggak urus omongan orang yang menjatuhkan. Punya naskah baru ya cari penerbit baru. Cus…. Langung kirim! Ganti tema baru.
8.      Penulis mikir royalti
Saya agak risih ketika ada yang japri, “Mbak, penerbit ini royaltinya kok dikit ya.”  “Mbak sudah kaya ya dengan menulis?” “Mbak, pasti uangnya banyak, kan punya banyak buku.” Saya kasih tahu ya, kalau penulis itu royalti di penerbit mayor 7-10%. Saya risih bukan karena pertanyaannya, tapi niatnya menulis yang diukur dengan uang. Kalau kamu sudah berspekulatif seperti itu, saya jamin kamu akan gulung tikar jadi penulis. Asyiknya jadi penulis itu, ketika tulisan kita dibaca dan kemudian mengatakan, “Mbak, terima kasih ya, bukunya sangat bermanfaat.”
9.      Jangan ada waktu terbuang
Ada wasting time bernama waiting. Ini nih yang saya lakukan, memanfaatkan waktu sekecil apapun untuk menulis. Menulis tidak melulu butuh laptop. Kalau sedang dalam posisi menunggu rapat, nyantai seru, pesan makanan, saya biasa menulis di hp dan saya kirimkan ke email pribadi. Ketika buka laptop, saya bisa simpan. Tulisannya apa? Bebas. Kadang puisi, prosa singkat, kerangka buku baru, sub bab dari buku saya, artikel untuk instansi lain, berita, dan lain-lain.
10.  Jangan hanya dibaca
Harapannya, tulisan sederhana ini, tidak hanya dibaca saja. Kalau hanya dijadikan tip ya selamanya tak akan pernah muncul karyamu. Pahami dan praktikkan. Jadilah penulis yang istikamah dan komitmen menulis. Penulis pemula bukan alibi untuk susah menelurkan karya kok. 

Lumajang, 10 Maret 2018

arum faiza

Developer

Lumajang - Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar